Sifat Sombong
Sombong adalah sifat yang dimiliki
manusia dengan menganggap dirinya lebih dengan meremehkan orang lain,
karenanya orang yang takabbur itu seringkali menolak kebenaran, apalagi
bila kebenaran itu datang dari orang yang kedudukannya lebih rendah dari
dirinya, Rasulullah Saw bersabda:
Takabbur itu adalah menolak kebenaran dan dan menghina orang lain (HR.Muslim).
Sombong merupakan sifat iblis laknatullah, dengan sebab itulah ia
divonis ingkar/kafir kepada Allah Swt, sebagaimana firman Allah Swt :
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk
tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: “bersujudlah kamu
kepada Adam”, maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk
mereka yang sujud. Allah berfirman: Apakah yang menghalangimu untuk
bersujud (kepada Adam) diwaktu Aku menyuruhmu?. Iblis menjawab: aku
lebih baik daripadanya, Engkau ciptakan aku dari api, sedang dia Engkau
ciptakan dari tanah. Allah berfirman: turunlah kamu dari surga itu,
karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka
keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina (QS 7:11-13,
lihat juga QS 40:60).Takabbur itu adalah menolak kebenaran dan dan menghina orang lain (HR.Muslim).
Ada banyak dampak negatif atau bahaya dari sifat sombong ini, diantara adalah:
Pertama, Tidak senang
pada saran apalagi kritik, hal ini karena ia sudah merasa sempurna,
tidak punya kekurangan, apalagi bila kesombongan itu tumbuh karena
usianya yang sudah tua dengan segudang pengalaman, ia akan menyombongkan
diri kepada orang yang muda, atau sombong karena ilmunya banyak dengan
gelar kesarjanaan.
Kedua, Tidak senang terhadap kemajuan yang dicapai orang lain, hal ini karena apa yang menjadi sebab kesombongannya akan tersaingi oleh orang itu yang menyebabkan dia tidak pantas lagi berlaku sombong, karenanya orang seperti ini biasanya menjadi iri hati (hasad) terhadap keberhasilan, kemajuan dan kesenangan yang dicapai orang lain, bahkan kalau perlu menghambat dan menghentikan kemajuan itu dengan cara-cara yang membahayakan seperti memfitnah, permusuhan hingga pembunuhan.
Ketiga, Menolak kebenaran meskipun ia meyakininya sebagai sesuatu yang benar
Kedua, Tidak senang terhadap kemajuan yang dicapai orang lain, hal ini karena apa yang menjadi sebab kesombongannya akan tersaingi oleh orang itu yang menyebabkan dia tidak pantas lagi berlaku sombong, karenanya orang seperti ini biasanya menjadi iri hati (hasad) terhadap keberhasilan, kemajuan dan kesenangan yang dicapai orang lain, bahkan kalau perlu menghambat dan menghentikan kemajuan itu dengan cara-cara yang membahayakan seperti memfitnah, permusuhan hingga pembunuhan.
Ketiga, Menolak kebenaran meskipun ia meyakininya sebagai sesuatu yang benar
Allah Berfirman : Dan
mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka),
padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan (QS 27:14).
Keempat, Dibenci Allah Swt yang menyebabkannya tidak akan masuk syurga. Allah Swt berfirman: Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong (QS 16:23).
Di dalam hadits, Rasulullah Saw bersabda:Keempat, Dibenci Allah Swt yang menyebabkannya tidak akan masuk syurga. Allah Swt berfirman: Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong (QS 16:23).
Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dari sifat kesombongan (HR. Muslim).
Sikap Tawadhu'
Nabi bersabda:
Sesungguhnya Allah mewahyukan kepada saya supaya kamu bertawadlu,sehingga tidak seorang-pun menganiaya orang lain, dan tidak seorang-pun menyombongkan diri pada orang lain.(H.R.Muslim)
Perilaku dan sikap memamerkan amal ibadah, sangat dibenci.
Allah berfirman:
Jangan mengatakan dirimu suci, ia (Allah) yang lebih mengetahui siapakah yang lebih bertaqwa
(An Najam : 32).
Sikap merendahkan diri, tawadlu’, dan tidak mempertontonkan kelebihan yang dimiliki dan amal ibadah yang dikerjakan dihadapan orang lain, pada hakekatnya merupakan sebentuk pangakuan bahwa segalanya dalam alam ini adalah semata berada di tangan Allah. Itulah makna tauhid, pengakuan bahwa penerimaan dan penolakan amal ibadah yang telah kita kerjakan adalah sepenuhnya hak istimewa Allah yang sama sekali berada diluar jangkauan pengetahuan manusia.
Pada suatu masa, kota Baghdad diramaikan dengan kabar kedatangan seseorang yang dikenal oleh masyarakat luas sebagai wali (orang saleh).
Guru spiritual dan syekh agung Baghdad, Junaidi Al Baghdadi menjumpai orang tersebut, bertanya : Anda-kah sang wali itu ?. Betul, jawab si tamu. Berdirilah Syekh Junaidi Al Baghdadi, berpidato dihadapan para muridnya. Orang ini dusta. Tidak ada seorang wali yang mengetahui dirinya sebagai wali. Dan tak ada seorangpun yang boleh mengatakan bahwa dirinya salehâ..
Iblis masuk neraka dan dikutuk oleh Allah untuk selamanya, bukan lantaran dia tidak mempercayai adanya Tuhan (atheis), tapi semata-mata karena prilaku sombong, angkuh, takabur dan tinggi hati.
Wallahu 'alam bisshowab.